BAB II
HAKIKAT MANUSIA DAN PENDIDIKAN
Mariza Putri Sari Dewi Ningsih
Manusia dan pendidikan merupakan kompenen yang tidak dapat dilepasan dalam struktur kehidupan. Pemahaman mendalam mengenai hakikat manusia dan pendidikan, akan membuat manusia lebih mengerti hubungan diantara keduanya dan menghargai betapa pentingnya kedua aspek tersebut untuk menunjang kehidupan. Pembahasan mendalam dalam rangakaian ini dapat membantu dalam mengembangkan wawasan kependidikan, yang kemudian dapat berfungsi sebagai asumsi dalam rangka praktik pendidikan maupun studi pendidikan selanjutnya. Melalui proses pembelajaran manusia akan selalu meningkatkan kualitas kehidupan, dilengkapi dengan akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan.
A. Definisi Hakikat Manusia
Hakikat “haq” menurut KBBI yang berarti intisari atau dasar kenyataan sesungguhnya. Menurut KBBI manusia adalah makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Menurut Omar Mohammad manusia adalah makhluk yang mulia. Manusia merupakan makhluk yang mampu berfikir, dan manusia merupakan makhluk 3 dimensi (yang terdiri dari badan, ruh, dan akal). Manusia didalam proses tumbuh kembangnya dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan.
Sedangkan menurut Sumantri 2015, manusia adalah makhluk bertanya, yang mempunyai hasrat untuk mengetahui segala sesuatu. Atas dorongan hasrat ingin tahunya, manusia tidak hanya bertanya tentang berbagai hal yang ada di luar dirinya, tetapi juga bertanya tentang dirinya sendiri. Dalam rentang ruang dan waktu, manusia telah dan selalu berupaya mengetahui dirinya sendiri. Hakikat manusia dipelajari melalui berbagai pendekatan (common sense, ilmiah, filosofis, religi) dan melalui berbagai sudut pandang (biologi, sosiologi, antropobiologi, psikologi, politik).
Jadi manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan YME yang memiliki akal sehingga memiliki hasrat rasa ingin tahu mengenai berbagai macam hal. Manusia membutuhkan pendidikan untuk mengembangkan kehidupannya demi memuaskan rasa ingin tahu. Melalui rasa ingin tahu manusia dapat bereksplor membuka wawasan mengenai ilmu pengetahuan sehingga menghasilkan ilmu pengetahuan yang berguna.
Penelitian mendalam mengenai hakikat manusia merupakan salah satu bahasan metafisika. Detail lebih spesifik ditelaah pada ilmu pengetahuan antropologi (filsafat antropologi). Filsafat antropologi berupaya mengungkapkan konsep atau gagasangagasan yang sifatnya mendasar tentang manusia, berupaya menemukan karakteristik yang sifatnya mendasar tentang manusia, berupaya menemukan karakteristik yang secara prinsipil (bukan gradual) membedakan manusia dari makhluk lainnya.
Hal ini menyangkut mengenai:
1) Asal - usul keberadaan manusia di dunia ini hanya kebetulan saja sebagai hasil evolusi atau hasil ciptaan Tuhan
2) Struktur metafisika manusia, yang esensial dari manusia itu badannya atau jiwanya atau badan dan jiwa
3) Berbagai karakteristik dan makna eksistensi manusia di dunia, antara lain berkenaan dengan individualitas, sosialitas. Setiap manusia memiliki pemikiran yang beragam, melalui berbagai keragaman menimbulkan banyak ilmu pengetahuan. Berbagai kesamaan yang menjadi karakteristik esensial setiap manusia ini disebut pula sebagai hakikat manusia, sebab dengan karakteristik esensialnya itulah manusia mempunyai martabat khusus sebagai manusia yang berbeda dari yang lainnya.
B. Aspek – Aspek Hakikat Manusia
Aspek-aspek hakikat manusia, antara lain berkenaan dengan
1) Asal Muasal Manusia
Menurut Evolusionisme beradanya manusia di alam semesta adalah sebagai hasil evolusi. Sebaliknya, dari sisi Agama menyatakan bahwa beradanya manusia di alam semesta sebagai makhluk (ciptaan) Tuhan. Manusia sebagai “Makhluk Tuhan”, manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Tuhan YME. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka bumi ini.
2) Dimensi Kemanusiaan
Berikut merupakan uraian tentang dimensi – dimensi kemanusiaan yang terdiri dari (Syafril & Zen, 2017):
• Dimensi Keindividualan
• Dimensi Kesosialan
• Dimensi Kesusilaan
• Dimensi Keberagamaan
a) Manusia sebagai makhluk individu
Menurut Sumantri 2015, manusia adalah kesatuan yang tak dapat dibagi antara aspek badani dan rohaninya. Setiap manusia mempunyai perbedaan sehingga bersifat unik. Perbedaan ini baik berkenaan dengan postur tubuhnya, kemampuan berpikirnya, minat dan bakatnya, dunianya, serta cita-citanya. Kesadaran manusia akan dirinya sendiri merupakan perwujudan individualitas manusia. Manusia sebagai individu memiliki hak dan kodrat alami sebagai anugerah dari Tuhan kepadanya. Tanpa dibina melalui pendidikan, benih potensial yang bersifat individual memunginkan terbentuknya kepribadian yang unik menjadi sia-sia (Syafril & Zen, 2017).
b) Manusia sebagai makhluk sosial
Manusia tidak akan mengenali dirinya dan dapat mewujudkan potensinya sebelum berinteraksi dengan manusia yang lain. Kenyataan bahwa tidak ada manusia yang mampu hidup sebagai manusia tanpa adanya bantuan dari orang lain (Syafril & Zen, 2017). Proses kehidupan manusia dimulai dari bayi hingga dewasa, maka setiap manusia akan mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang perlu dibantu orang lain. Bantuan dari orang lain membuat manusia belajar untuk dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungkungan sekitarnya.
c) Manusia sebagai makhluk susila
Menurut KBBI definisi kesusilaan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan adab sopan santun, norma yang baik, dan tatat krama yang luhur. Pada kehidupan bermasyarakat manusia harus ditanamkan nilai moral mengenai baik/ buruk, dan benar / salah. Penanaman moral dilakukan melalui interaksi sosial, sehingga manusia dapat melihat dan membandingkan sesuatu yang baik atau buruk. Penanaman nilai kesusilaan pada tiap manusia akan membuat manusia menggunakan ilmu pengetahuan secara terarah.
d) Manusia sebagai makhluk beragama
Aspek keberagamaan merupakan salah satu karakteristik esensial eksistensi manusia yang terungkap dalam bentuk pengakuan atau keyakinan akan kebenaran suatu agama yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Keberagamaan menyiratkan adanya pengakuan dan pelaksanaan yang sungguh atas suatu agama (Sumantri, 2015). Manusia memerlukan agama untuk menjadi pondasi kehidupan sekarang dan yang akan datang. Melaui agama nilai-nilai kesusilan ada selaras dalam kehidupan
C. Hakikat Manusia dan Pendidikan
Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani “paedagogie” yang artinya bimbingan yang diberikan kepada anak. Menurut Syafril dan Zen (2017) menyatakan bahwa pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu membudayakan manusia. Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Pendapat lain mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap dalam melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain (Sumantri, 2015).
Sedangkan menurut Siti, Riana, dan Sarkadi (2017) menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Berdasar pengertian tersebut, pendidikan merupakan proses belajar dalam usaha memanusiakan manusia (humanisasi) untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang merupakan hasil pemikiran. Makna pendidikan tidak hanya terbatas kontestual pada formal (sekolah) saja, tetapi jauh lebih luas. Pendidikan dapat dilakukan oleh semua manusia dimulai dari lahir hingga meninggal dunia. Belajar merupakan kegiatan mentransfer ilmu pengetahuan dari tiap individu kepada manusia lainnya. Pendidikan mengarahkan manusia untuk dapat megembangkan potensi dasar manusia yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kemungkinan manusia sebagai makhluk yang dapat dididik mengacu pada konsep hakikat manusia, yaitu:
1) Prinsip dinamika, manusia selalu aktif baik dalam aspek fisiologik maupun spiritualnya. Manusia selalu menginginkan dan mengejar segala hal yang lebih dari apa yang telah ada dicapainya
2) Prinsip sosialitas, pendidikan berlangsung dalam pergaulan (interaksi / komuniasi) antar sesama manusia (pendidik dan peserta didik). Melalui interaksi yang terjadi, pengaruh pendidikan di sampaikan pendidik dan diterima peserta didik.
3) Prinsip potensial, pendidikan bertujuan agar seseorang menjadi manusia ideal
4) Prinsip individualitas, manusia dapat secara aktif dan bebas menjadi dirinya sendiri. Setiap manusia memiliki cara pandang dan pola pikir yang berbeda, hal ini yang membuat luasnya ilmu pengetahuan yang terbangun dalam dunia pendikan.
5) Prinsip moralitas, pendidikan bersifat normative yang bertujuan agar manusia memiliki akhlak yang mulia. Hal ini agar manusia dapat saling mengajarkan baik buruknya suatu hal.
DAFTAR PUSTAKA
Siti, Riana & Sarkadi, 2017. Karakter Peserta Didik Melalui Modifikasi Perilaku Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Dasar. JPD: Jurnal Pendidikan Dasar , 8(2), Pp. 1-12.
Sumantri, M. S., 2015. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka. Syafril & Zen, Z., 2017.
Dasar - Dasar Ilmu Pendidikan. Depok: Kencana.