Senin, 28 September 2015

TUNA JIWAKU, GIGIH PERJUANGANKU

TUNA JIWAKU, GIGIH PERJUANGANKU
oleh: Mariza Putri

Langit masih gelap saat diriku terbangun untuk memulai tanggung jawab atas keluargaku. Aku  adalah Hasim, kini usiaku memasuki 55 tahun. Aku memang tidak sekolah, aku hanya bisa meraba untuk melihat isi dunia ini. Aku selalu bersyukur kepada Tuhan yang masih baik terhadap ku, masih membiarkan ku hidup hingga saat ini karena perjuangan ibuku. Hidupku mungkin bisa saja hilang saat usiaku 2 tahun, diriku sangat mengerti bukan anak seperti akulah yang diharapkan oleh bapakku.
Kebaikan Tuhan yang datang pada ku masih tidak berhenti diri-Nya menitipkan malaikat untuk agar aku dapat melihat dunia lebih indah. Aku bertemu dengan sriyanti, sekitar 22 tahun yang lalu aku yakin untuk meminangnya menjadi istriku yang selalu mendapingiku hingga saat ini. Pagi bagiku adalah saat dunia masih gelap. Aku bangun membantu istriku berbelanja untuk kebutuhan warteg kecil depan rumah yang kami. Setelah usai bebelanja, kami memasak didapur yang bertungku kayubakar. Asap mengepul di dapur tanda api sudah panas dan bahan siap dimasak, kami yakin masakan ini adalah awal rezeki. Sembari istriku memasak aku pergi ke kebun milik tetangga belakang untuk mencari kayu bakar. Terdengar suara adzan subuh sudah berkumandang, segera bergegas aku bersiap untuk pergi ke masjid depan rumah kami. Seuisai kembali dari masjid aku membantu istriku merapihkan warteg kami, aku bisa karena aku terbiasa melakukannya.
Langit luar sudah mulai meninggi, ini adalah saatnya aku untuk berjalan keluar mengais rezeki atas tanggung jawabku sebagai kepala rumah tangga. Kubawa seikat kain yang tersangkut pada tongkat di pundak kiriku, dan satu tongkat untuk menunjuk arah. Dari restu dan doa keluargaku aku mulai melangkah dengan Bismillah. Jarak dari kampungku menuju kota sekitar 2 km. Selama disepanjang jalan aku meneriakan “Celana pendek... sepuluh ribu sajaa..”. Ada yang memberhentikan langkahku, terdengar seorang laki-laki yang suaranya masih muda. “Pak saya mau beli celana” sambil terdengar suara kendaraan yang berhenti di sampingku. Dia berkata “Bapak jual celana apa?” ditunjukannya celana tersebut, “Harganya sepuluh ribu saja nak, mungkin kamu membutuhkannya”. Sambil melihat celana laki-laki tersebut mengerluarkan uang “ini pak saya beli dua” *menyodorkan uang 20rb, 10rb*. Pak Hasim bukanlah orang yang ingin dikasihani “maaf nak, ini uangnya lebih 10”, dengan muka heran laki-laki tersebut “bagaimana bapak bisa tahu?, tidak pak ini memang rezeki untuk bapak yang ditipkan pada saya walau kecil”. Dengan terenyuh mendengar kata-kata laki-laki tadi akhirnya pak hasim menerimanya “Terimakasih nak, semoga kamu selalu diberi keselamatan”.
Setelah panjang perjalanan, pak hasim mendengar kumandang lantunan ayat alquran yang menandakan sebentar lagi adzan zuhur akan berkumandang. Segera bergegas pak hasim ke masjid, sembari melepas lelah dibukanyalah ikatan dipundaknya. Lalu dirapihkannya susunan buku agama mulai dari tuntunan shalat hingga alquran. Dirinya berharap bahwa ada orang yang tertarik untuk sekedar membacanya walau tidak membelinya. Baginya membagi ilmu bukan hanya sekedar oleh orang yang pintar, tetapi dapat meminjamkan buku merupakan sesuatu yang berharga. Beruntunglah hari ini ada beberapa orang yang bersedia membeli bukunya. Adzan zuhur sudah berkumandang, segeralah dirinya bergegas menaruh buku bacaan braillenya dan mengambil wudhu.
Setelah menunaikan kewajibannya, kemudian ia segera bergegas merapihkan buku-buku tadi dan pergi kembali untuk menjajakan celana pendeknya tersebut. Dirinya tidak mau menjual buku agama itu secara komersial, karena baginya buku agama ini adalah untuk dibaca bukan hanya sekedar iba membeli lalu ditumpuk menjadi buku-buku lama saja. Pak hasim lebih bahagia jika bukunya dibaca, karena alasan itulah pak hasim tidak ingin menjajakannya jika memang tidak dibutuhkan.
Bersyukur dengan rezeki yang didapatkanya hari ini, pak hasyim segera pulang kerumah. Sesampainya di rumah dengan melepas letih, anaknya harum membawakannya segelas air hangat. Pak hasim berbincang dengan anaknya harum mengenai sekolahnya yang kini duduk di bangku kelas 3 SMA. Pak hasim mengatakan “Harum, bapak sedang berusaha mengumpulkan uang agar kamu dapat meneruskan sekolah hingga menjadi seorang sarjana. Jika kamu sukses kamu tidak bodoh seperti bapak. Kamu bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih layak”. Harum menahan matanya yang sudah mulai berkaca “Harum berusaha pak, agar harum mendapat beasiswa. Harum ingin bapak dan ibu bahagia saat memeluk harum memakai toga”.
Hari sudah mulai gelap, ini adalah saatnya pak hasyim keluar untuk menjajakan titipan dagangan yang ia dapatkan dari sebuah lembaga. Pak hasim menjual kerupuk ikan dipikulnya berjalan mengelilingi kampungnya hingga ke kampung sebelah. Pak hasim tidak berani untuk menjajakan daganganya ke kota jika sudah malam. Karena hari sudah malam pak hasim menyudahi jualannya dan kembali kerumah.
Pak hasim pun merebahkan badannya di kasur kapuk. Sambil memejamkan mata pak hasim bertekat “Memang gelap hariku, memang tuna jiwaku hingga renta. Tapi gigih perjuangaan ku tanggung jawabku, masa depan anakku”. Aku hanya ingin terus bersyukur hidup keluargaku, hidup anakku akan terus aku perjuangkan agar tidak gelap gulita. Akan selalu aku bawakan lentera harapan pada mereka, akan terus aku tanamkan kebaikan pada jiwa hingga mengakar. Keterbatasan dalam pengelihatan, bukanlah menjadi suatu momok penghalang baginya untuk terus mengais rezeki dengan cara halal. Aku hanyalah orang bodoh yang bisa berkata kemanusiaan.



Melengkapi Untuk Kesempurnaan

HELOO siaaang guyss, pas gue balik kampus nih ada artikel dari line yang menurut gue layak bgt buat dihargain dan dibaca. Disini ada beberapa part yang bahasanya guesedikit perhalus. Karena menurut gue tulisaannya ada beberapa yang kurang menghargai.

Foto Suami tuna netra Kayuh Sepeda dan Istri kekurangan Menunjuk Arah


Kesempurnaan fisik bukanlah hal mutlak untuk berlaku romantis terhadap pasangan. Banyak pasangan yang mempunyai fisik sempurna, namun hubungan dengan pasangannya kandas di tengah jalan.

Banyak juga pasangan yang fisiknya tidak sempurna, namun mereka bisa menjalin hubungan yang harmonis dan langgeng bahkan sampai mereka tua.

Seperti sebuah foto sepasang suami istri yang tersebar luas di sosial media dalam beberapa waktu terakhir ini membuat para netizen terharu dan ngacungin jempol.

Seperti terlihat dalam foto, pria tua yang mengayuh sepeda itu merupakan suami dari seorang wanita tua di depannya.

Sekilas, foto ini memang biasa saja. Namun tahukah kamu kalau ternyata pria tua itu adalah seorang tuna nertra

Dan bukan hanya itu, ternyata wanita tua di depan pria tua itu juga ternyata fisiknya kurang.

Yang membuat orang berdecak kagum adalah, pria tua yang tidak bisa melihat ini mengayuh sepeda dan istrinya  inilah yang menjadi penunjuk arah.

Luar biasa, meskipun pasangan ini sama-sama mempunyai fisik yang kurang sempurna, tetapi mereka bisa saling melengkapi dan terus semangat berjuang untuk mencari nafkah.

Foto pasangan yang saling melengkapi kekurangan mereka ini pun membuat para netizen menjadikan mereka sebagai inspirasi.

Mereka yang mempunyai kekurangan fisik saja bisa hidup harmonis dan saling melengkapi, kenapa kita yang mempunyai fisik yang sempurna tidak bisa?

Foto inipun mendapatkan banyak pujian dari para netizen, mereka menganggap ini bisa dijadikan inspirasi bagi kita yang fisiknya sempurna.


yaps kalo mau tanggapan gue tentang tulisan ini adalah "GUE POOL TERHARU". :")
Kadang kita sebagai manusia selalu masih merasa kurang inilah itulah, ga jarang juga kita menuntut cowok tuh buat jadi apa yang kita mau.

Diluar dari topik beberapa hari yang lalu gue sempat ada dialog sama cowo gue.
Jadi ceritanya gini, kami lagi dijalan naik motor trus ada mobil dibelakang klakson2 mulu padahal kami udah minggir. Karna gue orangnya ceplos aja gue keucap "Blague bgt sih baru mahasiswa aja, bawa mobil juga paling orang tuanya gayaannya udah belagu gt astagfirullah". wakak untung akhirnya gue masih ada nyebut kalo ga dosa yeek haha. Gue liat di mobil itu ada dua mahasiswa cewek sama cowok yaaah gt laah cewenya sambil dandan dan ngeliatain kita.
Abis itu kepikiran random gue dan nanya sama cowo gue 
G: "Kenapa cewe jaman sekarang lebih tertarik sama cowok yg bawa mobil...". 
Cowo Gue : "Yaa kan naik mobil enak ga panas, ga bedebu. Dan mungkin kalo cowo bermobil iu banyak duit jadi makanannya terjamin wkwk.."
G: dengan muka cengo gue "berarti makanan kita ga terjamin :(" wkewk
Cowo Gue : "iyalah makan warteg gimana bisa terjamin harganya"
G: "Tapi kan lebih enak kalo kenal emang sama-sama dimulai dari nol. Kayak kita mau punya mobil, ya usaha bareng2.. nabung bareng. Jadi kan tau perjuanganya ga langsung instan"
Cowo Gue : "Ya kan ga semua orang suka namanya proses"
G: "Motor ini juga punya mama, tapi nasib kita aja yang beda sama tu mobil tadi haha"

kalo lu tanya hubungan cerita gue sama kisah bapak itu apaan adalah "KAGAK ADA". Karena gue cuma pengen cerita aja wkwk.

Maksud gue kasih sayang itu ga bisa lu tuntut dengan materil. Orang gabisa punya ambisi gue harus dapet cowo kaya, tajir, ganteng, sempurna". Gue bisa jawab kemungkinannya itu 80% bisa lu dapetin karena udah banyak cowo kayak gt sekarang. Tapi yang paling penting adalah bukan "Apa yang dia punya saat lo kenal" tapi "Apa yang udah kalian capai dan punya saat bersama". 

Balik ke kisah tadi, menurut gue fisik itu hanya titipan dari Allah. Muka cantik ganteng ketempelan setrika bubar udh semua. Panca indra aktif semua sewaktu-waktu musibah dateng melayang semua. Yang gue ambil dari kisah itu adalah kita harus sabar dan nahan emosi satu sama lain kalo emang mau dapet kehidupan yang bahagia. 

"cobalah mencintai kekurangannya untuk kesempurnaan nafas yang terjalin"
duileeeh bangeet yeek
babaaay lovee you all


 

Journey Template by Ipietoon Cute Blog Design