Sabtu, 12 Agustus 2017

Undangan untukmu

Sebuah kisah kehidupan dimulai dari seorang anak lahir tanpa ayah ke dunia ini. Ada banyak yang berfikir ini memalukan untuk diberitahu, tetapi bagiku biasa aja karena aku memang sudah lupa rasanya. Bukan karena hamil diluar nikah, tetapi karna seorang ayah dan ibu bercerai. Terlahir tanpa adanya ayah menjadikan pribadi ku semakin kuat diluar namun rapuh didalam. Aku kuat diluar untuk menjaga ibu, dan selalu mengatakan "aku tidak apa-apa" didalam keadaan apapun agar tidak menghawatirkan berlebihan. Namun aku rapuh didalam karena, terlalu banyak yang aku alami. Dulu aku hidup, aku sekolah semuanya demi seorang ibuku. Yang ada dalam fikiran ku adalah untuk membahagiakan ibu. Yaah memang betul sebegitunya aku sayang pada ibuku.

Mengapa semua yang aku lakukan adalah untuk ibu?

Simple alasanya, aku dulu tidak punya alasan lain dan sesingkat itu fikiran anak kecil. 

Dia... sebutlah dia ayah kandungku. Dia tidak pernah mencariku maupun mengakui ku. Dari mana kamu tahu? Dia setelah bercerai dari ibuku saat aku masih dalam kandungan, dia langsung menikah lagi dengan wanita lain. Masih tergambar jelas di ingatanku saat aku masih dibangku TK, aku diberikan nomer telefon ayahku. Lalu aku telefon lah nomer itu, dengan polosnya seorang anak aku bertanya "Halo, ini nomornya bapak ali? bapak alinya ada?". Lalu dijawab "iya ini siapa ya?". Aku berharap banyak pada hari itu "Ini icha, aku mariza anak bapak ali". Lalu dijawablah "anak? anak monyet kali kamu. Saya ga punya anak kayak kamu". Jujur pada saat itu aku tidak mengeluarkan sedikitpun air mata sampai aku cerita semuanya ke mama (nenek). Mulai saat itu aku tidak pernah mau menghubunginnya lagi dan aku yakin dia lebih bahagia tanpa anak sepertiku. Aku tumbuh menjadi anak yang lebih kuat dari pada sebelumnya. Mungkin mengapa aku bersikap seperti laki-laki(tomboy) hal itu karena representas aku yang harus selalu terlihat kuat. 

Tumbuh hingga menjadi anak SMP, dan saat ini akhirnya ibuku memutuskan untuk menikah lagi, sebutlah ayah tiriku ini ayah. Semua ini karena ayah memang sebaik itu melebihi ayah kandung sehingga ayah tidak pantas dipanggil tiri. Ayah punya seorang anak sebelumnya. Ibu dan ayah punya seorang anak dari pernikahan pada saat ini. Yaah.. dia adik ketiga ku, perubahan besar terjadi dihidupku. Belasan tahun tumbuh menjadi anak tunggal lalu tiba-tiba mempunyai adik itu rasanya senang tapi ada taggung jawab lainnya setelah itu. 

Masuk pada SMA awal ibu dan ayah punya seorang anak lagi yang menjadi adik ke empatku. Aku mulai semakin sadar dengan tanggung jawabku. Bahwa aku hidup sekarang bukan untuk ibuku lagi, tapi untuk adik-adikku dan masa depan mereka. 

Jadi untuk kalian yang ada masalah sedikit saja berfikiran untuk bunuh diri, lebih baik kalian pikir kalo setelah bunuh diri ga ada yang mau nerima kalian. Alam semesta menolak tubuh kalian dan langit pun tidak mau. Jika semua cerita ini seperti drama atau terlalu mendramatisir ya memang seperti itu hidupku. Penuh dengan drama yang tidak semua orang sepertiku.

Daan sampailah tahap dimana aku kuliah. Ada om dan tanteku yang selalu berkata jangan lupa jaga diri. Disini aku bertamu dengan seorang laki-laki penjagaku lainnya selain ayah, sebutlah dia Ci. Ci selalu mendukung aku dalam keadaan terbawah sekalipun. Saat aku merasa aku tidak kuat untuk menjalani di jurusan ini, dia yang selalu meyakinkan aku kalau aku bisa. Hubungan aku dan ci memang sudah mengenal orang tua masing-masing. Sampailah kami pada sidang akhir tugas akhir kami ini. Kami sidang di minggu yang sama, dengan orang tua kami yang sama-sama saling mendoakan. Aku membahas bagian ini karena aku merasa aku memiliki keluarga lain yang sayang terhadapku. Mama ci sangat bahagia mendengan aku juga lulus di sidang, padahal aku bukan anak kandungnya tapi aku bisa merasakan ketulusan itu.

Dari tulisan ini aku hanya ingin membagi cerita bahwa tuhan tidak akan membiarkan kalian merasa sendirian. 

Teruntuk ayah kandungku dimanapun engkau berada, aku berharap dapat mengundang engkau pada hari wisuda ku nanti.

Jumat, 14 April 2017

Selalu Begitu

Baru ku tersadar
Muncul sebuah cabang baru
  setalah kita semua memutuskan untuk pergi
Tiga cabang tepatnya.
Kalian berjalan bergandengan menjalani dua cabang itu
  yaaah cabang yang tentunya berlainan arah

Bagaimana dengan ku?
Aku...?
Tak perlu kau tanya, memang sedrama naskah yang telah ada
Aku masih terduduk disini kosong
Aku beranikan memilih cabang ketiga dengan diriku sendiri
Tak ada tangan yang dapat ku genggam lagi dari masa lalu itu
Tiada daya untuk memanggil kalian kembali

Aku tahu tak mungkin kalian untuk kembali 
karena ada yang bilang
"Udah beda pemikiran jadi ga worth it buat dipertahanin"

 

Journey Template by Ipietoon Cute Blog Design