Kamis, 23 Juli 2020

Filsafat Pendidikan (Ontologi Epistimologi Aksiologi) Pendidikan Dasar SD

KAJIAN FILOSOFIS KURIKULUM 2013 
SDN PISANGAN TIMUR 11 (KELAS 5)

Mariza Putri Sari Dewi Ningsih 
Program Magister Pasca Sarjana 
Pendidikan Dasar 
Universitas Negeri Jakarta 
smramarizaputri@gmail.com

Kajian filosofis K13 bertujuan menemukan jawaban tentang penerapan K13 di lapangan khususnya perspektif guru melalui nilai-nilai yang melekat dalam konteks pendidikan dasar. Data instrumen berasal dari 2 guru kelas yaitu Gr1 (Elah Nurelah – Aktif mengajar kelas 5B) dan Gr2 (Teti Surtikah – Biasa mengajar kelas 1 & baru 3 bulan mengajar kelas 5A), keduaya sudah mengikuti pelatihan K13 dan mengajar >10 tahun. Melalui instrumen tersebut dapat dikaji dari perspektif filosofis mengenai penerapan K13. Ontologi dalam K13 mengenai hakikat segala sesuatu yang merupakan tujuan dari diselenggarakannya pendidikan. Epistemologinya diarahkan untuk memahami sumber dan cara memperoleh ilmu pengetahuan. Aksiologi melihat manfaat dan hasil tentang nilai pendidikan K13 secara utuh. 

Kajian Ontologi didasari masih banyak guru yang belum memahami hakikat pembelajaran K13, seperti Gr2 menjelaskan K13 pembelajaran dilakukan menjadi tematik. Tetapi K13 tidak hanya sebatas tematik, hakikat pembelajaran K13 dilakukan dengan pendekatan ilmiah (saintific approach) 5M dan pembelajaran berpusat pada siswa sehingga guru hanya sebagai fasilitator. K13 memiliki 4 aspek penilaian autentik atau kompetensi inti (KI), yaitu spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan yang ditujukan untuk keseimbangan soft skill dan hard skill pada SKL. Sejalan dengan pernyataan Gr1 pembelajaran K13 harus ada nurturant effect (dampak pengiring) yang disesuaikan dengan karakteristik potensi siswa. Jadi pembelajaran pada K13 dikembangkan dari (UU SISDIKNAS >> SKL >> KI >> MAPEL >> KD). 

Epistemologi mengkaitkan sumber dan cara memperoleh pengetahuan. Menurut Gr1 pembelajaran K13 dapat diterapkan melalui contextual teaching melalui model pembelajaran seperti Discovery, PBL dan PJBL. Pembelajaran bertumpu pada learning to know, do, be, learning to live together, how to learn, trought our life. Melalui pembelajaran tsb siswa akan memiliki kompetensi creativity, colaboration, communication, critical thinking, computational logic (cara berpikir secara matematis/logik), dan compassion (kebatinan) kepada sesama. Sekolah menunjang dengan adanya sarana dan prasarana dan pengandaan bimtek untuk guru yang tidak dapat mengoperasikan IT. Gr2 merasakan kendala pada saat mengajar berbasis tematik tetapi penilaian berbasis mapel. Sedangkan, Gr1 mengatasi masalah tersebut dengan mengidentifikasi dan memahami betul mengenai indikator KD pencapaian siswa. Terdapat perbedaan dalam skenario pembelajaran, Gr1 mengembangkan sendiri karena menganggap buku guru lebih kaku, sedangkan Gr2 menggunakan buku guru. Pembelajaran terlihat berbeda Gr1 melaksanakan berpusat pada siswa agar mengeksplor mengenai suatu masalah, yang membuat siswa senang dan lebih aktif di kelas. Sedangkan Gr2 lebih terpaku memberikan materi dengan cara berceramah saja dan menyampaikan topik pembelajaran terpaku pada membaca buku siswa, yang membuat siswa pasif dan jenuh dikelas. 

Manfaat dari penerapan K13 akan menyangkut mengenai aksiologi pada abad 21. Implikasi K13 menjadikan lingkungan sekitar siswa sebagai media pembelajaran paling menyenangkan untuk anak. Semua penerapan ini untuk mengintegrasikan pembelajaran menjadi HOTS (Higher Order of Thinking Skill) yang mampu berfikir kritis, metakognitif, inovatif dan kreatif. Melalui pemahaman hakikat dan penerapan K13 dengan sesuai, akan banyak guru penggerak didalam sekolah.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Journey Template by Ipietoon Cute Blog Design